TEKNOLOGI BAHAN & KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Buku ini merupakan bagian dari program penulisan buku kejuruan.
Penulis
merasa sangat bersyukur karena merupakan bagian dari
program
yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan kejuruan.
Buku sebagai
salah satu sarana utama untuk meningkatkan mutu
pendidikan
pada bidang pendidikan kejuruan khususnya untuk tingkat
pendidikan
menengah saat ini masih sangat terbatas. Untuk itu semoga
adanya
buku ini akan semakin memperkaya sumber referensi pada Sekolah Menengah
kejuruan.
Buku berjudul Teknik Struktur Bangunan dimaksudkan untuk
memberikan
pengetahuan teori dan praktik tentang struktur bangunan. Pada dasarnya ilmu
struktur bangunan merupakan teori dan pengetahuan yang tinjauannya sampai pada
tingkat analisis dan perencanaan. Sebagai buku pegangan pada tingkat sekolah
menengah kejuruan, maka struktur
bangunan
yang dimaksud lebih dibatasai dan ditekankan pada
pengetahuan-pengetahuan
praktis bentuk dan karakter struktur bangunan
terutama
elemen-elemen pembentuk struktur, sistem struktur dan
rangkaiannya,
tinjauan struktur berdasarkan bahannya, serta aplikasi teknik struktur pada
bangunan gedung dan jembatan.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang
membantu
penyelesaian buku ini. Keluarga yang sangat mendukung, rekan-rekan dari
kalangan siswa SMKN 1 SIDOARJO, rekan-rekan profesi bidang jasa konstruksi
bangunan, dan banyak pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhirnya buku ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan
yang perlu
untuk dilengkapi. Kritik dan saran untuk kesempurnaan buku ini
sangat
diharapkan. Semoga buku ini dapat dimanfaatkan bagi
pengembangan
pendidikan menengah kejuruan khususnya bidang teknik
bangunan.
Penulis
MATERI BETON:
Riwayat perkembangan beton, Deskripsi beton, Kelebihan
dan kekurangan beton, Kinerja beton, Sifat dan karakteristik yang dibutuhkan
dalam perancangan beton, Aktifitas pengerjaan beton
POKOK BAHASAN:
PENDAHULUAN
1-1
RIWAYAT PERKEMBANGAN BETON
Penggunaan beton dan bahan – bahan vulkanik seperti abu
pozzolan sebagai pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi,
bahkan mungkin sebelum itu (Nawy, 1985:2-3). Penggunaan bahan beton bertulang
secara intensif diawali pada awal abad ke sembilan belas. Pada tahun 1801,
F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip – prinsip konstruksi dengan
meninjau kelembaban bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L.Lambot
untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan
pada Pameran Dunia tahun 1855 di Paris. J.Monier, seorang ahli taman dari
Prancis, mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi
taruknya yang digunakan untuk tempat tanamannya. Pada tahun 1886, Koenen
menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner
mengembangkan pelat slab tanpa balok
pada tahun 1906.
Seiring
dengan kemajuan besar yang terjadi dalam bidang ini, terbentuklah German Committee Reinforce Concrete,
Australian Concrete Committee, American Concrete Institute, dan British
Concrete Institude. Di Indonesia sendiri,
Departemen Pekerjaan Umum selalu mengikuti perkembangan beton melalui Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan (LPMB). Melalui
lembaga ini diterbitkan peraturan – peraturan standar
beton yang biasanya mengadopsi peraturan internasional (code standard international) yang disesuaikan dengan kondisi bahan
dan jenis bangunan di Indonesia.
Perkembangan
yang cepat dalam bidang seni serta analisis perancangan dan konstruksi beton
telah menyebabkan dibangunnya struktur – struktur beton yang sangat khas (Nawy,
1985) seperti Auditorium Kresge di Boston, Marina Tower, Lake Point Tower di
Chicago, dan Keong Mas di Taman Mini Indonesia.
1-2
DESKRIPSI BETON
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang
terdiri dari bahan semen hidrolik (portland
cement) , agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture atau additive). Untuk
mengetahui dan mempelajari perilaku elemen gabungan (bahan – bahan penyusun
beton), kita memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing – masing
komponen. Nawy (1985:8) mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi
mekanis dan kimiawi dari material pembetuknya. Dengan demikian, masing – masing
komponen tersebut perlu dipelajari sebelum mempelajari beton secara
keseluruhan. Perencana (engineer)
dapat mengembangkan pemilihan material yang layak komposisinya sehingga
diperoleh beton yang efisien, memenuhi kekuatan batas yang diisyaratkan oleh
perencana dan memenuhi persyaratan serviceability
yang dapat diartikan juga sebagai
pelayanan yang handal dengan memenuhi kriteria ekonomi.
Dalam usaha untuk memahami karakteristik bahan penyusun
campuran beton sebagai dasar perancangan
beton, Departemen Pekerjaan Umum melalui LPMB banyak mempublikasikan standar –
standar yang berlaku. DPU – LPMB memberikan definisi tenatang beton sebagai
campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus,
agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk
massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).
Masalah yang dihadapi oleh seorang perencana adalah
bagaimana merencanakan komposisi dari bahan – bahan penyusun beton tersebut
agar dapat memenuhi spesifikasi teknik yang ditentukan (sesuai dengan
spesifikasi teknik dalam kontrak atau permintaan pemilik).
Parameter – parameter yang paling mempengaruhi kekuatan
beton adalah: a). Kualiatas semen, b). Proporsi semen terhadap campuran, c).
Kekuatan dan kebersihan agregat, d). Interaksi atau adhesi antar pasta semen
dengan agregat, e). Pencampuran yang cukup dari bahan – bahan pembentuk beton,
f). Penempatan yang benar, peyelesaian dan pemadatan beton, g). Perawatan
beton, dan h). Kandungan klorida tidak melebihi 0,15 % dlam beton yang diekspos
dan 1% bagi beton yang tidak di ekspos (Nawy, 1985:24).
1-3
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON
Dalam keadaan yang mengeras, beton bagaikan batu karang
dengan kekuatan tinggi. Dalam keadaan segar, beton dapat diberi bermacam
bentuk, sehingga dapat digunakan untuk membentuk seni arsitektur atau semata –
mata untuk tujuan dekoratif. Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus
jika pengelolaan akhir dilakukan dengan cara khusus, umpamanya diekspos
agregatnya (agregat yang mempunyai bentuk yang bertekstur seni tinggi
diletakkan di bagian luar, sehingga
nampak jelas pada permukaan betonnya). Selain tahan terhadap seranganapi
seperti yang telah disebutkan diatas, beton juga tahan terhadap serangan korosi.
Secara umum kelebihan dan kekurangan beton adalah:
a.
Kelebihan
Ø
Dapat
dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
Ø
Mampu
memikul beban yang berat
Ø
Tahan
terhadap temperatur yang tinggi
Ø
Biaya
pemeliharaan yang kecil
b.
Kekurangan
Ø
Bentuk
yang telah dibuat sulit diubah
Ø
Pelaksanaan
pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi
Ø
Berat
Ø
Daya
pantul suara yang besar
Sebagian besar bahan pembuat bton adalah bahanlokal
(kecuali semen portland atau bahan tambah kimia), sehingga sangat menguntungkan
secara ekonomi. Namun pembuatan beton akan menjadi mahal jika perencana tidak
memahami karakteristik bahan – bahan penyusun beton yangharus disesuaikan degan
perilaku struktur yang akan dibuat.
Nilai kuat tekan beton dengan kuat tariknya tidak
berbanding lurus. Setiap usaha perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai
oleh peningkatan yang kecil
dari kuat tariknya. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat
tarik berkisar antara 9 % - 15 % kuat tekannya. Nilai pastinya sulit diukur.
Pendekatan hitungan biasanya dilakukan dengan menggunakan modulus of rapture, yaitu tegangan tarik beton yang muncul pada
saat pengujian tekan beton normal (normal
concrete). Kecilnya kuat tarik beton ini merupakan salahsatu kelemahan dari
beton biasa. Untuk mengatasinya, beton dikombinasikan dengan tulangan beton
dimana baja biasa digunakan sebagai tulangannya. Alasan penggunaan baja sebagai
tulangan beton adalah koefisien baja hampir sama dengan koefisien beton. Beton
tersebut didefinisikan sebagai beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah yang
tidak kurang dari jumlah minimum yang diisyaratkan dalam pedoman perencanaan,
dengan atau tanpa pratekan, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua
material bekerja sama dalam menahan gaya yang bekerja (SKBI.1.4.53 1989:4).
Beton dapat juga dicampur dengan bahan lain seperti composite atau bahan lain sesuai dengan
perilaku yang akan diberikan terhadap beton tersebut, misalnya beton pra tekan
atau beton pra tegang (pre-stressing),
beton pra-cetak (pre-cast). Beton
juga dapat digunakan untuk strukur yang memerlukan bahan struktur yang ringan,
mialnya beton ringan struktural (SKBI. 1.4.53, 989:5) yaitu beton yang
mengandung agregat ringan dan mempunyai massa kering udara yang sesuai dengan
syarat seperti yang ditentukan oleh ”Testing
Method for Unit Weihgt of Structural Lightweight Concrete” (ASTM C-567). Beratnya tidak lebih dari 1900
kg/m3.
1-4
KINERJA BETON
Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam
pembuatan struktur. Selainkarena kemudahan dalam mendapatkan material
penyusunnya, hal itu juga disebabkan oleh pengunaan tenaga yang cukup besar
sehingga dapat mengurangi masalah penyediaan lapangan kerja. Selain dua kinerja
utama yang telah disebutkan diatas, yaitu kekuatan tekan yang tinggi,dan
kemudahan pengerjaannya, kelangsungan proses pengadaan beton pada proses
produksinya juga menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan.
Sifat – sifat dan karakteristik material penyusun beton
akan mempegaruhi kinerja dari beton yang dibuat. Kinerja beton ini harus
disesuaikan dengankategori bangunan yang dibuat. ASTM membagi bangunan bangunan
menjadi 3 kategori, yaitu: rumah tinggal, perumahan, dan struktur yang
menggunakan beton mutu tinggi.
Menurut SNI T.15-1990-03 beton yang digunakan pada rumah
tinggal atau untuk penggunaan beton dengan kekuatan tekan tidak melebihi 10 Mpa
boleh menggunakan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 batu pecah dengan slump untuk mengukur kemudahan
pengerjaannya tidak lebih dari 100 mm. Pengerjaan beton dengan kekuatan tekan
hingga 20 Mpa boleh mnggunakan penakaran volume, tetapi pengerjaan beton dengan
kekuatan lebih besar dari 20 Mpa harus menggunakan campuran berat.
Tiga kinerja yang dibutuhkan dalam pembuatan beton adalah
(STP 169C, Concrete and concrete-making
materials):
a. Memenuhi kriteria konstruksi yaitu dapat mudah dikerjakan
dan dibentuk serta mempunyai nilai ekonomis
b. Kekuatan tekan
c. Durabilitas atau keawetan
Gambar
1.1 Proses
Keseragaman Pembuatan Beton
(Sumber: STP 169C, Concrete and Concrete
– Making Materials, p.32)
Kinerja yang dihasilkan pada proses pengadaan beton
haruslah seragam. Secara umum, prosedur untuk mendapatkan kinerja yang seragam
daam pengerjaan beton dapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 1.1 (Fiorato,
Anthony E, 1994:32). Survei yang dilakukan ASTM mengenai pengaruh bahan – bahan
yang digunakan terhadap kinerja beton dilakukan pada 27 responden. Kriteria
penilaian variabel menggunakan skala 1 – 10 dimana 10 merupakan pengaruh
tertinggi terhadap kinerja yang dihasilkan (Gambar 1.2). penilaian ini
didasarkan pada pentingnya penggunaan bahan tersebut untuk menghasilkan kinerja
tertentu dalam beton yang dibuat.
Secara praktis, penilaian mengenai pengunaan bahan untuk
menghasilkan kinerja tertentu akan bergantung pada tjuan beton tersebut dibuat.
Penggunaan semen untuk rumah tinggal akan lebih banyak jika dibandingkan untuk
penggunaan perumahan komersil atau beton mutu tinggi. Jadi, komposisi bahan
penyusun juga harus dilihat berdasarkan tujuan pembuatan beton tersebut.
Berdasarkan kategori rumah tinggal, perumhan dan beton mutu tinggi, dampak
pengaruh bahan terhadap kinerja beton yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar
1.3.
Gambar
1.2 Persepsi
Dampak Penggunaan Material Dalam Membentuk Kinerja Beton
(Sumber: STP 169C, Concrete and Concrete
– Making Materials, p.32)
Gambar 1.2 menjelaskan bahwa penggunaan semen pada
campuran beton sangatlah penting. Penggunaan air tidak begitu berpengaruh
terhadap pembentukan kinerja beton seperti yang juga dijelaskan oleh Abrams
(1920) yang meneliti pengaruhairdalam perbandingannya dengan semen (FAS/WCR).
Abramshanya menyatakan bahwa jika FAS atau water
content ratio lebih besar dari 0,6 maka kinerja bkekuatan beton akan
semakin turun, begitu juga sebaliknya.namun demikian, mengingat mahalnya harga
semen, maka untuk pekerjaan berskala besar, penggunaan semen inipun harus
diusahakan seminimal mungkin. Hal ini mendorong penggunaan bahan pengganti
semen.
Penggunaan semen untuk pembangunan rumah tinggal lebih
banyak dan lebih penting karena pembuatan rumah tinggal cenderung tidak
menggunakan perencanaan sederhana (Gambar 1.3). Hal ini berbeda dengan
penggunaan semen untuk kebutuhan beton berkekuatan tinggi dimana penggunaan
semen lebih sedikit. Karena biaya semen besar, maka untuk mengurangi ongkos
produksi pengunaan semen diusahakan seminimal mungkin.
Gambar
1.3 Persepsi
Dampak Penggunaan Material Dalam Membentuk Kinerja Beton Bergantung Dari Type
Konstruksi
(Sumber: STP 169C, Concrete and Concrete
– Making Materials, p.33)
1-5
SIFAT DAN KARAKTERISTIK YANG DIBUTUHKAN PADA PERANCANGAN
BETON
a.
Kuat Tekan Beton
Kekuatan tekan merupakan
salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk
menerima gaya tekan persatuan luas. walaupun dalam beton terdapat tegangan
listrik yang kecil, diasumsikan bahwa semua tegangan tekan didukung oleh beton
tesebut. Penentuan kekuatan tekan dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji
tekan dan benda uji berbentuk silinder dengan prosedur uji ASTM C-39 atau kubus
dengan prosedur BS-1881 Part 115; Part 116 pada umur 28 hari.
Kekuatan tekan realtif
antara benda uji silinder dan kubus ditunjukkan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2
(menurut standar ISO).
Tabel 1.1 Rasio Kuat Tekan Silinder - Kubus
|
||||||||||
Kuat Tekan (Mpa)
|
7,00
|
15,20
|
20,00
|
24,10
|
26,20
|
34,50
|
36,50
|
40,70
|
44,10
|
50,30
|
Kuat Rasio Silinder/kubus
|
0,76
|
0,77
|
0,81
|
0,87
|
0,91
|
0,94
|
0,87
|
0,92
|
0,91
|
0,96
|
(Sumber: Neville, ”Properties of
Concrete” 3rd Edition, Pitman Publishing, London, 1981, p.544)
Tabel 1.2 Perbandingan Kuat Tekan Antara
Silinder dan Kubus
|
||||||||||||||
Kuat Tekan Silinder
(Mpa)
|
2
|
4
|
6
|
8
|
10
|
12
|
16
|
20
|
25
|
30
|
35
|
40
|
45
|
50
|
Kuat Tekan Kubus
(Mpa)
|
3
|
5
|
8
|
10
|
13
|
15
|
20
|
25
|
30
|
35
|
40
|
45
|
50
|
55
|
(Sumber:
ISO Standard 3893 – 1977)
Menurut BS. 1881, rasio
kubus terhadap silinder (cube/cylinder)
untuk semua kelas adalah 1.25, sedangkan menurut K.W. Day, ”Concrete Mix Design Quality Control and Specification”, E & FN
SPON, London, 1995, kekuatan tekan kubus jika dibandingkan dengan silinder
dinyatakan dalam persamaan 1.1 dan 1.2 dengan nilai kuat tekan kubus dan
silinder dinyatakan dalam Mpa atau N/mm2. Departemen Pekerjaan Umum
dlam Pedoman Beton 1989 (draft), LPMB, 1991 pasal 4.1.2.1 memberikan hubungan
antara kuatan tekan kubus dengan silinder dalam persamaan 1.3.
(1.1)
(1.2)
(1.3)
b.
Kemudahan Pengerjaan
Telah dijelaskan diatas
bahwa kemudahan pengerjaan beton merupakan salah satu kinerja utama yang
dibutuhkan. Walaupun suatu struktur beton dirancang agar mempunyai kuat tekan
yang tinggi, tetapi jika rancangan tersebut tidak dapat diimplementasikan
dilapangan karena sulit untuk dikerjakan maka rancangan tersebut menjadi
percuma. Kemajuan teknologi membawa dampak yang nyata untuk mengatasi hal ini,
yaitu dengan penggunaan bahan tambah untuk memperbaiki kinerja. Hal tersebut
akan dibahas lebih jelas dibagian berikutnya.
c.
Rangkak dan Susut
Setelah beton mulai
mengeras, beton akan mengalami pembebanan. Pada beton yang menahan beban akan
terbentuk suatu hubungan tegangan dan regangan yang merupakan fungsi dari waktu
pembebanan. Beton menunjukkan sifat elastisitas murni pada waktu pembebanan
singkat, sedangkan pada pembebanan yang tidak singkat beton akan mengalami
regangan dan tegangan sesuai dengan lama pembebanannya.
Rangkak (creep) atau lateral material flow didefinisikan sebagai penambahan regangan
terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja. (Nawy, 1985:49). Deformasi
awal akibat pembebanandisbut sebagai reagangan ealstis, sedangkan regangan
tambahan akibat beban yang sama disebut regangan rangkak. Anggapan praktis ini
cukup dapat diterima karena deformasi awal pada beton hampir tidak dipengaruhi
oleh waktu. Rangkak timbul dengan intensitas yang semakin berkurangsetelah
selang waktu tertentu dan kemungkinan berakhir setelah beberapa tahun. Nilai
rangkak untuk beton mutu tunggi lebih kecil dibandingkan dengan beton mutu
rendah. Umumnya, rangkak tidak mengakibatkan dmpak langsung terhadap kekuatan
struktur tetapi akan mengakibatkan timbulnya redistribusi tegangan pada beban
yang bekerja dan kemudian mengakibatkan trjadinya peningkatan lendutan (deflection).
Hubungan antara waktu
dengan regangan pada beton ditunjukan pada Gambar 1.4 (Nawy, 1985:49). Rangkak
tidak dapat langsung dilihat. Rangkak hanya dapat diketahui apabila regangan
elastis dan susut serta deformasi totalnya diketahui. Meskipun susut dan
rangkak adalah fenomena yang saling trkait, dalam hal ini superposisi regangan
dianggap berlaku sehingga regangan total adalah regangan elastis ditambah
rangkak dan susut.
Gambar
1.4 Kurva Waktu Tegangan
Susut didefinisikan
sebagai perubahan volume yang tidak berhubungan dengan beban. Jika dihalangi
secara merata, proses susut dalam beton akan menimbulkan deformasi yang mumnya
bersifat menambah deformasi rangkak.
Berbagai eksperimen
menunjukkan bahwa deformasi rangkak akan sebanding dengan tegangan yang
bekerja. Hal ini berlaku pada keadaan tegangan yang rendah. Batas atas tidak
dapat ditentukan dengan pasti, tetapi berkisar antar 0,2 dan 0,5 dari kekuatan
batas kekuatan tekannya (f’c). Variasi batas ini diakibatkan olehbesarnya retak
mikron diatas sekitar 40% dari beban batas (Nawy, 1985:50).
Proses rangkak selalu
dihubungkan dengan susut karena keduanya terjadi bersamaan dan ering kali
memberikan pengaruh yang sama terhadap deformasi. Pada umumnya, beton yang
semakin tahan terhadap susut akan mempunyai kedenderungan rangkak yang rendah,
sebab kedua fenomena ini berhubungan denga proses hidrasi pada semen. Rangkak
dipengaruhi oleh komposisi beton,
kondisilingkungan, ukuran benda uji atau elemen struktur. Pada prinsipnya
rangkak meruopakan fenomena yang bergantung pada beban sebagai fungsi waktu.
Komposisi beton pada
dasarnya dapat didefinisikan dengan faktor Air Semen (FAS), jeis semen, jenis
agregat serta kandunganb semen dan agregat. Seperti halnya susut, rangkak akan
semakin besar dengan meningkatnya Faktor Air Semen dan akndungan semen.
Demikina pula, semakin banyak agregat yang digunakan semakin sedikit susut yang
terjadi. Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya rangkak dan susut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Ø
Sifat
bahan dasar beton (komposisi dan kehalusan smen, kualitas adaukan, dan
kandungan mineral dlam agreagat),
Ø Rasio
air terhadap jumlah semen (water content ratio),
Ø
Suhu
pada saat pengerasan (temperature),
Ø
Kelembaban
nisbi pada saat beban bekerja,
Ø
Nilai
slump (slump test),
Ø
Lama
pembebanan,
Ø
Nilai
tegangan,
Ø
Nilai
rasio permukaan komponen struktur
Agar rangkak dan susut
dapat diminimalkan, perlu dilakukan penghitungan dan pengembalian pekerjaan
beton.
1-6
AKTIVITAS PENGERJAAN BETON
Pengertian beton tidak hanya terdiri dari satu titik
kegiatan, tetapi terdiri dari beberpa kegiatan yang saling berhubungan. Setiap
aktivitas kegiatan tersebut harus dikontrol agar hasilnya sesuai dengan yang
direncanakan.
Proses pembanguan sebuah struktur dapat diterangkan
dengan bagan di Gambar 1.5 (Gideon 1994:2). Dari gambar tersebut dapat dilihat
bahwa salah satu proses yang penting adalah perencanaan.
Gambar
1.5 Bagan Alir Perencanaan Pembangunan
Tentunya ditntut kerjasama yang baik antara pengelola
proyek. Pemilik dan kosnultan serta antara konsultan perencana, penasehat dan
pelaksana. Disamping harus dapat
menerjemahkan keinginan pemilik, pelaksana dan pengelola proyek harus memahami
ketentuan – ketetuan dari istansi pemerintah karena perencanaanbetonharos
memnuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Berdsarkan bagan dia tas, aktivitas utama pengerjaan
beton terletak adlah perncanaan yang dillakukan
oleh konsultan perencana dan pengendalianmutu pada saat pelaksnaan yang
di lakukan oleh kontrakor di bawah pengawasan konsultan perencana dan konsultan
supervisi. Pngerjaan beton dimulai jika telah ada penunjukkan atau perintah
kerja dari pemilik.
Kegiatan perencanaan beton dimulai dari quarryatau
temapat peambangan sumber alam. Perencana harus mengambil contoh – contoh
material yang akan digunakan, sesuai dengan ketentuan standar baku yang telah
ditetapkan. Pengambilan contoh ini dilakukan secara acak (random) agar sifat –
sifat bahan yang akan diuji terwakili. Contoh uji inikemudian dibawa ke
laboratorium untuk di cek dan diuji. Jiika parameter besaran yang dimiliki
masing – masing bahan tersebut telah sesuai dengan syarat yang diberikan (code standar), bahan tersebut dapat
digunakan jika bahan yang diuji tidak memenuhi syrat, pelaskana harus mencari
sumber bahan yang lainnya atau mencampur bahna yang mutunya krang denga bahan
lainnya sehingga komposisi beban yang dihasilkan sesuai dengan syarat yang
ditentukan. Setelah nilai masing – masing bahan tersebut diperoleh, perancangan
beton (mix design) harus dilakukan
perancangan beton sesuai dengan spesifikasi yang dietapkan dapat dilakukan
dengan metode – metode yang dikenal. Di Indonesia, pekerjaan pekerjaan milik
pemerintah harus menggunakan standar yang telah ditetapkanoleh pemerintah/
standar buku ini dulu dikenal sebagai Standar Industri Indonesia namun saat ini
telag direvisi dan dikembangkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI).
Standar perencanaan beton yang dipakai adalah SNI T-15-199003
Setelah prencnagan betonselsai, perlu dialukan pengujian
lanjutan melalui pengujian campuran beton di laboratorium. Pengujian campuran
beton ini meliputi pengujian beton segar dan pengujian beton keras. Pengujian
beton agar dimaksudkan untuk mengetahui workability
atau kemampuam kemudahan dalam pengerjaannya. Indikator dari kemudahan dalam
pengerjaan ini dapat dilihat dari nilai slum
beton. Tujuan pengujian beton agar lainnya adalah untuk apakah terjadi bleeding dan sgregation atau tidak.
Pengujian beton keras terutama dimaksudkan untuk
mengetahuo kekuatan tekan karakteristik dari beton terebut (f’c). Pengujian ini
dilkukan dengan membuat benda uji berbwntuk silinderyang pada umur tertentu di
uji. Jika benda uji tersebut tidak lulus pada pengujian ini, harus dilakukan
perancangan ulang campuran smpai didapatkan komposisi yang disyaratkan dlam
spesifikasi teknik yang dibuat oleh pemilik.
Setelah pembuatancampuran di laboratorium selesai
dilakukan, proses selanjutnya adalah membawa hasil komposisimix design tersebut sebagai Job Mix Formul (JMF) ketempat pengolahan
beton. Tempat pengolhan dpat berupa pengelolaan yag menggunakan mesin mixing biasa (molen) maupun pengolhan
beton yang yangbesar (concrete plant)
selama masa pengolahan beton ini berjalan, proses pengawasan
Jika terjadi perubahan terhadap parameter bahan penyusun
beton, pengujian laboratorium harus dilakukan lg sebagai quality control bahan komposisi beton. Dari concrete plant, beton dibawa ke tempat pekerjaan beton. Yakni
tempat pengecorannya. Selama massa pengangkutan, beton segar tersebutr harus
tetap dijaga agar tidak mengalami kehilangan Faktor Air Smen yang
dpatmenyebabkan menurnnya kekuatan tekan beton. Hal ini dilakukan agar beton
yang dihailkan sesuai dengan yang diinginkan.
Selama masa pelaksanaanpun proses kontrol tidak boleh
dihentikan pada masa itu, pelasksnaan pengecoran, pemadatan, perawatan dan
penyelesaian hars diawasi. Setelah beton mengeras dan berumr 28 hari, uji tekan
untuk mengetahui kekuatannya harus dilakukantindakan lain sesuai dengan syrat
evaluasi beton keras. Pengujian dapat dilakukan dengan core drill dan load test atau dengan merancang ulang mekanikanya
dengan menggunakan mutu beton aktual (f’ea). Bagian alir aktivitas pengerjaan
beton dapat dilihat pada Gambar 1.6
Gambar
1.5 Bagan Alir Aktivitas Pengerjaan Beton
LATIHAN
1. Jelaskan definisi dan deskripsi dari beton!
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan beton yang digunakan
sebagai struktur!
3. Pertimbangan apa yang harus diambil bagi seorang
perencana untuk membuat sebuah campuran beton?
4. Langkah apa yang harus diambil untuk mengatasi kelemahan
beton terhadap kuat tarik?
5. Berdasarkan variabel bahan penyusun beton untuk
perumahan, jelaskan pengaruh material penyusunnyadalam skala 1-10!
6. Bagaimana cara mengetahui karakteristik kekuatan tekan
beton?
7. Jelaskan dan gambarkan aktivitas pengerjaan beton!